Jumat, 06 Juni 2014

Andragogi dan Pedagogi

Berikut salah satu teori yang sudah cukup terkenal dalam psikologi pendidikan, walaupun masih jarang kita mendengar tentang andragogi dan pedagogi namun teori ini sangat berguna untuk proses pembelajaran.


 PENGERTIAN DAN SEJARAH ANDRAGOGI DAN PEDAGOGI

Andragogi merupakan istilah istilah baru yang popular saat ini adalah teori belajar yang cocok dan tepat untuk orang dewasa. Istilah andragogi pertama kali dikenal melalui karya seorang ahli pendidikan Yugoslavia yang berjudul Adult Leadership (1968), yang artinya memimpin orang dewasa. Kemudian Malcom S. Knowles, dengan publikasinya yang berjudul Adult Learner: A Neglected Species.
Andragogi berasal dari bahasa Yunani, aner atau andr, yang berarti orang dewasa agogos, yang berarti mengarahkan/memimpin. Andragogi dirumuskan dalam suatu ilmu dan seni untuk membantu orang dewasa belajar. Karena individu orang dewasa adalah sebagai self directed, maka dalam andragogi yang lebih penting adalah kegiatan belajar dari si belajar, bukan kegiatan mengajar dari guru.
Istilah yang sering dipakai sebagai perbandingan adalah pedagogi yang berasal dari kata paid, yang artinya anak, dan agogos, yang berarti memimpin/membimbing, dimana secara harfiah pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar anak. Karena pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar anak, maka memakai pendekatan pedagogi untuk orang dewasa tidak tepat, karena mereka bukan lagi anak-anak.
Tingkat ketergantungan anak-anak kepada orang dewasa masih tinggi dan menurun seiring dengan bertambahnya usia mereka. Karenanya praktek pedagogi lebih cocok pada anak-anak, yang berarti bahwa anak-anak dapat diajar untuk memperoleh suatu pengetahuan dan pengalaman tertentu. Berbeda halnya dengan orang dewasa, mereka sudah punya self directing, dan tingkat ketergantungan kepada orang lain berkurang. Orang dewasa lebih cenderung dibimbing, dimotivasi untuk memperoleh sesuatu yang pada akhirnya mereka sendiri dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANDRAGOGI DENGAN PEDAGOGI

Pendidikan orang dewasa berbeda dengan pendidikan anak-anak (paedagogy). Pendidikan anak-anak akan berlangsung dalam bentuk asimilasi, identifikasi, dan peniruan, sedangkan pendidikan orang dewasa menitikberatkan pada peningkatan kehidupan mereka, memberikan keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan permasalahan yang mereka alami dalam hidup mereka dan dalam masyarakat.
Perbedaan antara konsep andragogi dan pedagogi adalah bahwa konsep andragogi berkaitan dengan proses pencarian dan penemuan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia untuk hidup, sedangkan konsep pedagogi berkaitan dengan proses mewariskan kebudayaan yang dimiliki generasi yang lalu kepada generasi sekarang.
Terdapat 4 (empat) konsep untuk membedakan antara orang dewasa dan anak-anak, yaitu:
(1) konsep diri,
(2) konsep pengalaman,
(3) konsep kesiapan belajar, dan
(4) konsep perspektif waktu atau orientasi belajar. 
Menurut konsep diri orang disebut dewasa, jika orang tersebut:
(1) mampu mengambil keputusan bagi dirinya,
(2) mampu memikul tanggung jawab, dan
(3) sadar terhadap tugas dan perannya.
Adapun menurut konsep pengalaman orang dewasa adalah kaya dengan pengalaman, tidak seperti botol yang kosong atau lembaran kertas yang bersih. Konsep kesiapan belajar menekankan bahwa orang disebut dewasa kalau sadar terhadap kebutuhannya dan kesadaran terhadap kebutuhan inilah yang akan menjadi sumber kesiapan untuk belajar. Sedangkan menurut konsep perspektif waktu atau orientasi belajar adalah bahwa orang dewasa belajar berpusat pada persoalan yang dihadapi sekarang, yaitu bagaimana menemukan masalah sekarang dan memecahkannya sekarang juga. Jadi, belajar sekarang untuk digunakan sekarang, bukan belajar sekarang untuk bekal masa datang. Pendidikan (education) tidak sama dengan sekolah (schooling). Sekolah merupakanbagian dari kegiatan pendidikan atau belajar. Sekolah secara umum diarahkan untuk pendidikan anak (TK, SD ) dan pemuda ( SMP – SMA ) Perguruan Tinggi. Pendidikan Orang Dewasa secara umum dilakukan dalam pendidikan non formal, yang dapat dilakukan di tempat kerja, masyarakat dalam bentuk kurus atau kepelatihan. Pendidikan orang dewasa dapat dilakukan secara mandiri (self education) yang tidak tergantung pada lembaga pendidikan yang menyusun program pendidikan. 2-4 tahun adalah masa keemasan (golden age) masa dimana terjadi perubahan yang sangat cepat pada kecerdasan (IQ) masa ini anak-anak dapat dengan cepat mengembangkan IQnya, menjadi 80% pada usa 4 tahun. Life long education, belajar dilakukan dari lahir sampai meninggal. Paedagogi berbentuk identifikasi dan peniruan sedangkan andragogi berbentuk pengarahan diri sendiri untuk memecahkan masalah. Dalam andragogi terdapat hubungan timbal balik di dalam transaksi belajar-mengajar, di mana hubungan pengajar dan pelajar adalah hubungan yang saling membantu. Dalam pedagogi terdapat hubungan ketergantungan (dependent) dari murid kepada guru, di mana hubungan guru dan murid adalah hubungan yang bersifat memerintah. Dalam andragogi komunikasi banyak arah dipergunakan oleh semua yang hadir (pengajar dan pelajar) sebagai warga belajar, di mana pengalaman dari semua yang hadir dinilai sebagai sumber untuk belajar. Dalam pedagogi komunikasi satu arah terjadi antara guru dan murid, di mana pengalaman guru dinilai sebagai sumber utama untuk belajar.
Dalam andragogi pelajar mengelompokkan dirinya berdasarkan minat, di mana pengajar memfasilitasi untuk membantu pelajar menentukan kebutuhan belajarnya. Dalam pedagogi murid di-kelompokkan berdasarkan tingkatan atau kelas, di mana guru menyusun kurikulum untuk setiap tingkatan atau kelas tersebut.
Dalam andragogi belajar berorientasi pada pemecahan masalah, yaitu belajar sambil bekerja pada persoalan sekarang untuk dipergunakan sekarang juga. Dalam pedagogi orientasi belajarnya adalah pada mata pelajaran yang dipelajari oleh murid sekarang untuk bekal hidup di masa mendatang.
Salah satu asumsi dari andragogi dan pedagogi adalah pengalaman. Orang dewasa maupun anak-anak sudah pasti memiliki pengalaman yang berbeda,berikut contoh asumsi pengalaman saya antara andragogi dan pedagogi.

Pengalaman Andragogi

Ketika lulus SMA timbul pertanyaan akan lanjut kemana saya,beberapa pilihan sudah ada di angan-angan saya. Saat itu tidak terfikirkan oleh saya akan melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas, saya lebih memilih ikut tes kemiliteran karna memang itu adalah cita-cita saya dari awal. Untuk bisa lulus masuk akademi kemiliteran tidaklah mudah yang seperti kita fikirkan, maka dari itu setiap hari saya belajar dan latihan untuk mempersiapkan segala persyaratan yang memang berat untuk seusia saya. Usaha dengan mencari metode soal yang akan diujiankan dan mempelajari trik-trik saat ujian itu adalah kegiatan saya setiap harinya. Proses belajar inilah yang dikatakan Mandiri (Self Dirrecting). Orang dewasa belajar dengan perasaan dan pikiran mereka sendiri untuk memecahkan masalah ataupun mencari solusi.
Jika pertanyaannya adalah mengapa harus menggunakan Andragogi?
 Karena orang dewasa bukan lagi kanak-kanak yang harus digiring kesana kemari dalam pencarian ilmu, kalau kita sebagai orang dewasa masih saja mengikuti apa yang dikatakan dosen atau guru dan tidak mengkritisi ketika dosen “mencekoki” kita dengan berbagai hal – hal baru. Maka dari itu apa bedanya kita dengan kanak-kanak ?

Pengalaman Pedagogi

Pada saat kanak-kanak saya begitu banyak dapat pengajaran dan pelajaran yang diberikan oleh guru,orang tua, dan saudara. Ketika saya belajar memahami penjumlahan dan pengurangan pada saat SD, guru yang selalu memberikan cara-cara cepat atau mudah yang dapat cepat diingat dan di praktekkan. Dan pada saat di rumah orang tua yang selalu mengulang apa yang telah saya pelajari di sekolah tadi yang sudah diberikan oleh guru saya. Pengalaman belajar itulah yang di perlukan dalam masa kanak-kanak. Banyak pengajaran yang harus kita ketahui dalam masa kanak-kanak. Tujuan dari pembelajaran pedagogi adalah diarahkan untuk masa yang akan dating, serta metode dan teknik lebih banyak dengan cara ceramah yang diberikan guru atau orang tua.

Bobbi dePorter, presiden learning forum California USA dan penulis buku Quantum learning dan Quantum Teaching, menjelaskan bahwa proses pembelajaran dapat divisualisasikan dengan membayangkan diri kita berada dalam ruangan yang gelap gulita.
Ketika sebuah senter dinyalakan, selisih waktu antara munculnya cahaya yang terpantul ke dinding dengan saat jari kita menekan tombol “ON” pada senter tersebut sangat cepat, bahkan hampir bersamaan. Begitu juga dalam proses pembelajaran seharusnya kecepatan otak siswa dalam menangkap materi dan informasi guru adalah 1.287 Km per jam sama dengan kecepatan cahaya yang keluar dari senter yang memantul ke dinding.

Demikian tentang Andragogi dan Pedagogi semoga bermanfaat ^_^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar