Selasa, 30 Desember 2014

ANALISIS KASUS BERDASARKAN TEORI DAVID MCCLELLAND

Semakin maraknya atau semakin banyaknya bermunculan jejaring sosial di masyarakat

Kemunculan jejaring sosial dapat menjadi fenomena yang positif. Fenomena kemunculan jejaring sosial facebook, twitter dan lain sebagainya dapat berdampak positif bagi pemanfaat teknologi sebagai ajang untuk berbisnis, bergaul, penyebaran informasi, sebagai media pembelajaran, dan lain sebagainya. Di era globalisasi sekarang ini dengan bertambahnya aktifitas setiap orang tentu saja mengurangi waktu untuk orang itu bersosialisasi dengan orang lainnya. Dalam menangani hal ini manusia berusaha mencari alternatif lain untuk meminimalisir waktunya untuk bersosialisasi namun tetap dapat berkomunikasi atau bersosialisasi dengan orang lain.

Salah satunya adalah dengan jejaring sosial ini sendiri. Pada dasarnya jejaring sosial dibuat untuk membantu beberapa kekurangan manusia, namun kita sebagai pengguna juga harus menggunakannya dengan bijaksana sesuai dengan porsi dan proporsi yang tepat sehingga kita dapat mengambil beberapa keuntungan yang tepat dan dapat mengembangkannya lebih lagi untuk meminimalisir kekurangan yang ada. Namun, tidak jarang juga masyarakat salah dalam memanfaatkan jejaring sosial ini banyak terjadi masalah dalam masyarakat, seperti penipuan dari facebook, saling menghina atau menyindir melalui twitter dll.

Terhadap fenomena seperti ini, sikap positif yang dapat dilakukan adalah memberikan dukungan terhadap fenomena sosial ini seperti dengan tidak melakukan tindakan-tindakan yang merusak manfaat dari kemunculan jejaring sosial. Dengan begitu perlahan fenomena yang positif dari kemunculan jejaring sosial ini dapat berkembang lebih baik di masyarakat. Dengan bersikap positif terhadap suatu fenomena sosial, kita jadi dapat lebih bijak dan rasional dalam memandang suatu gejala sosial. Dengan demikian, sebagai bagian dari masyarakat kita dapat berpartisipasi aktif untuk melakukan upaya-upaya maksimal dalam menghadapi fenomena negatif dan ikut mendukung berkembangnya suatu fenomena yang positif. Yang menjadi pertanyaan bagaimana fenomena ini di lihat dari sisi psikologi ?

David McClelland dan rekan-rekannya mengembangkan suatu teori yang disebut dengan teori kebutuhan. Teori ini berfokus pada 3 kebutuhan yaitu kebutuhan prestasi (need for achievement), kebutuhan kekuasaan (need for power), dan kebutuhan hubungan (need for affiliation).

Need for Achievement 
  • Keinginan kuat untuk bertanggung jawab secara pribadi
  • Keinginan yang kuat untuk mengkonkritkan umpan balik
  • Kecenderungan mengambil resiko
Need for Power
  • Menyukai kegiatan mengarahkan dan mengendalikan orang
  • Memperhatikan hubungan antara pemimpin dan pengikut
  • Menikmati berkompetisi
Need for Affiliation
  • Ingin disukai oleh banyak orang
  • lebih suka bekerjasama
  • Berupaya untuk menjalin hubungan dengan semua orang
  • Mencari peluang untuk berkomunikasi
Jika ditinjau dengan fenomena sikap individu pada jejaring sosial yang ada, terdapat kesimpulan bagaimana kecenderungan sikap individu pada salah satu need yang dikemukakan oleh McClelland. Karena, prilaku manusia tidak hanya didorong oleh need yang ada dalam dirinya saja, tetapi prilaku dan situasi juga mempengaruhi bagaimana sikap individu itu sendiri.

Pada individu yang eksis pada beberapa jejaring sosial dilihat dari need for affiliation dari McClelland mereka ingin disukai oleh banyak orang. Dengan mereka mempunyai beberapa jejaring sosial mereka akan merasa dikenal dan disukai oleh banyak orang. Bisa saja setelah terjadi komunikasi diantara mereka dapat mengarah kepada komunikasi yang baik. Dalam hal ini Need for Affiliation yang lebih cenderung terhadap fenomena yang terjadi.

Bagaimana jika terdapat sikap negatif akibat fenomena ini ?
Itu berarti tidak dapat jika dikategorikan ke dalam need for affiliation ataupun dikelompokkan kedalam need yang lain. Namun tidak mungkin jika sikap negatif ini di lakukan itu hanya untuk memenuhi hasrat seorang individu sebagai alasan prestasinya.
Semua sikap atau prilaku ditentukan oleh dorongan dalam diri manusia dan kondisi atau situasi juga ikut mempengaruhi suatu individu dalam berprilaku.

Sumber :
http://jakarta.kompasiana.com/sosial-budaya/2014/03/11/fenomena-sosial-2013-637786.html

Senin, 16 Juni 2014

Intelegensi

Dalam kehidupan  sehari-hari  kita bertemu  dengan  banyak  sekali orang-orang. Dari sekian banyak orang yang kita temui ada begitu banyak perbedaan antara mereka. Sebagian orang ada yang begitu mudah beradaptasi  dengan lingkungan  sekitarnya  dan sebagian  lagi tidak atau kurang begitu mampu dan selalu menyalahkan keadaan.Perbedaan itulah yang kita sebut dengan kecerdasanintelegensi.
              Intelegensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan  diri dengan lingkungannya.Dalam kemampuan  yang  umum  ini,  terdapat  kemampuan-kemampuan   yang amat  spesifik.  Kemampuan-kemampuan  yang  spesifik  ini  memberikan pada  individu  suatu  kondisi  yang  memungkinkan  tercapainya pengetahuan,  kecakapan,  atau  keterampilan  tertentu  setelah  melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes intelegensi.
Definisi Intelegensi Menurut Para Ahli
  • Alfred Binet (1857-1911) & Theodore Simon 

Inteligensi terdiri dari tiga komponen, yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengritik diri sendiri (autocriticism).
  • Lewis Madison Terman (1916)

Mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak.
  • H. H. Goddard (1946)

Mendefinisikan inteligensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang.
  • V.A.C. Henmon

Mengatakan bahwa inteligensi terdiri atas dua faktor, yaitu kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengetahuan yang telah diperoleh.
  • Baldwin(1901)

Mendefinisikan inteligensi sebagai daya atau kemampuan untuk memahami.
  •  Edward Lee Thorndike (1913)

Mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta.
  • Walters dan Gardber (1986)

Mendefinisikan inteligensi sebagai suatu kemampuan atau serangkaian kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah, atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu.

 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi intelegensi individu menurut Bayley yaitu :

  • Keturunan, studi korelasi nilai-nilai test intelegensi diantara anak dan orangtua atau dengan kakek neneknya, menunjukkan adanya pengaruh faktor keturunan terhadap tingkat kemampuan mental seseorang sampai kepada tingkat tertentu.
  • Latar belakang sosial ekonomi ; pendapatan keluarga, pekerjaan orang tua dan faktor-faktor sosial ekonomi lainnya, berkorelasi positif dan cukup tinggi dengan taraf kecerdasan individu mulai usia 3 tahun sampai remaja.
  • Lingkungan hidup : lingkungan yang baik akan menghasilkan intelegensi yang baik, sedang lingkungan yang kurang baik akan menghasilkan intelegensi yang kurang baik pula.
  • Kondisi fisik : keadaan gizi yang kurang baik, kesehatan yang buruk, perkembangan fisik yang lambat, menyebabkan tingkat kemampuan mental yang rendah
  •  Iklim emosi dimana individu dibesarkan mempengaruhi perkembangan mental individu yang bersangkutan.
Disisi lain, faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi lainnya digambarkan oleh Spearman sebagai berikut :
  • Faktor umum / general faktor
  • Faktor-faktor khusus / spesial faktor
     Kemudian, oleh Burt ditambah satu faktor lagi yang menurut pendiriannya faktor tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap intelegensi individu yaitu, faktor grup / kelompok.

Teori-Teori Intelegensi

A. Teori Faktor
Teori ini dikembangkan oleh Spearman, dia mengembangkan teori dua faktor dalam kemampuan mental manusia. Yakni :
  • Teori faktor “g” (faktor kemampuan umum) : kemampuan menyelesaikan masalah atau tugas – tugas secara umum (misalnya, kemampuan menyelesaikan soal – soal matematika)
  • Teori faktor “s” (faktor kemampuan khusus) : kemampuan menyelesaikan masalah atau tugas – tugas secara khusus (misalnya, mengerjakan soal – soal perkalian,atau penambahan dalam matematika)

 B. Teori Struktural Intelektual
Teori ini dikembangkan oleh Guilford, dia mengatakan bahwa tiap-tiap kemampuan memiliki jenis keunikan tersendiri dalam aktifitas mental atau pikiran (operation), isi informasi (content), dan hasil informasi (product). Penjelasannya adalah sbb :
a.   Operation (aktivitas pikiran atau mental)

  •  Cognition, yaitu aktivitas mencari, menemukan, mengetahui dan memahami informasi. Misalnya mengetahui makna kata “adil” atau “krisis”.
  • Memory, yakni menyimpan informasi dalam pikiran dan mempertahankannya.
  • Divergent production, yakni proses menghasikan sejumlah alternative informasi dari gudang ingatan untuk memenuhi kebutuhan, misalnya mengusulkan sejumlah judul sebuah cerita.
  • Convergent production, yaitu penggalian informasi khusus secara penuh dari gudang ingatan. Misalkan menemukan kata – kata yang cocok untuk jawaban TTS.
  • Evaluation, yakni memutuskan yang paling baik dan yang cocok dengan tuntunan berpikir logis.

       C .Content (isi informasi)

  •         Visual, yaitu informasi – informasi yang muncul secara langsung dari stimulasi yang diterima oleh mata.
  •            Auditory, yakni informasi – informasi yang muncul secara langsung dari stimulasi yang diterima oleh system pendengaran (telinga).
  •           Simbolic, yaitu item – item informasi yang tersusun urut bersamaan dengan item – item yang lain. Misalnya sederet angka, huruf abjad dan kombinasinya.
  •             Sematic, biasanya berhubungan dengan makna atau arti tetapi tidak melekat pada simbol – simbol kata.
  •            Behaviora, yakni item informasi mengenai keadaan mental dan perilaku individu yang dipindahkan melalui tindakan dan bahasa tubuh.
  •             Product (bentuk informasi yang dihasilkan)
  •         Unit, yaitu suatu kesatuan yang memiliki suatu keunikan didalam kombinasi sifat dan atributnya, contoh bunyi musik,cetakan kata.
  •          Class, yakni sebuah konsep dibalik sekumpulan objek yang serupa. Misalkan bilangan genap dan ganjil
  •           Relation, yakni hubungan antara dua item. Contoh dua orang yang memiliki huruf depan berurutan, Abi kawin dengan Ani.
  •         Sistem, yakni tiga item atau lebih berhubungan dalam suatu susunan totalitas. Misalkan tiga orang berinteraksi didalam sebuah acara dialog di TV.
  •           Transformation, yaitu setiap perubahan atau pergantian item informasi.
  •         Implication, yakni item informasi diusulkan oleh item informasi yang sudah ada. Misalkan melihat 4X5 dan berpikir 20.

       D. Teori Kognitif
Teori ini dikembangkan oleh Sternberg menurutnya inteligensi dapat dianalisis kedalam beberapa komponen yang dapat membantu seseorang untuk memecahkan masalahnya diantaranya

  •  Metakomponen adalah proses pengendalian yang terletak pada urutan lebih tinggi yang digunakan untuk melaksanakan rencana, memonitor, dan mengevaluasi kinerja dalam suatu tugas
  • Komponen kinerja adalah proses – proses pada urutan lebih rendah yang digunakan untuk melaksanakan       berbagai strategi bagi kinerja dalam tugas
  • Komponen perolehan pengetahuan adalah proses – proses yang terlibat dalam mempelajari informasi baru     dan penyimpanannya dalam ingatan

        E. Teori Inteligensi Majemuk (multiple intelligences)
Teori ini dikembangkan oleh Howard Gadner, dalam teorinya ia mengemukakan sedikitnya ada tujuh jenis inteligensi yang dimiliki manusia secara alami, diantaranya:

  • Inteligensi bahasa (verbal or linguistic intelligence) yaitu kemampuan memanipulasi kata – kata didalam bentuk lisan atau tulisan. Misalnya membuat puisi
  • Inteligensi matematika-logika (mathematical-logical) yaitu kemampuan memanipulasi sistem-sistem angka dan konsep-konsep menurut logika. Misalkan para ilmuwan bidang fisika, matematika
  • Inteligensi ruang (spatial intelligence) adalah kemampuan untuk melihat dan memanipulasi pola-pola dan rancangan. Contohnya pelaut, insinyur dan dokter bedah.
  • Inteligensi musik (musical intelligence) adalah kemampuan memahami dan memanipulasi konsep-konsep musik. Contohnya intonasi, irama, harmoni
  • Inteligensi gerak-tubuh (bodily-kinesthetic intelligence) yakni kemampuan untuk menggunakan tubuh dan gerak. Misalkan penari, atlet.
  • Inteligensi intrapersonal yaitu kemampuan untuk memahami perasaan – perasaan sendiri, refleksi,   pengetahuan batin, dan filosofinya,contohnya ahli sufi dan agamawan. 
  • Inteligensi interpersonal yaitu kemampuan memahami orang lain, pikiran maupun perasaan – perasaannya, misalnya politis, petugas klinik, psikiater.

      Model Pengukuran Intelegensi
Adapun model-model pengukuran  intelegensi dapat berupa manifestasi-manifestasi berikut :
  • Mengukur intelegensi dengan menggunakan bilangan-bilangan
  • Mengukur efisiensi dalam penggunaan bahasa
  • Mengukur kecepatan dalam pengamatan
  • Mengukur pemahaman tentang hubungan-hubungan
  • Mengukur dalam hal daya ingat
  • Mengukur daya hayal
Secara umum model test intelegensi memiliki dua sifat, yaitu :
  • Test intelegensi yang bersifat umum dengan memakai bahan-bahan berupa kalimat, gambar dan angka yang di gabungkan menjadi satu bentuk utuh.
  • Test intelegensi yang bersifat khusus, misalnya khusus test kalimat, khusus test gambar dan khusus test angka.

Jumat, 06 Juni 2014

Andragogi dan Pedagogi

Berikut salah satu teori yang sudah cukup terkenal dalam psikologi pendidikan, walaupun masih jarang kita mendengar tentang andragogi dan pedagogi namun teori ini sangat berguna untuk proses pembelajaran.


 PENGERTIAN DAN SEJARAH ANDRAGOGI DAN PEDAGOGI

Andragogi merupakan istilah istilah baru yang popular saat ini adalah teori belajar yang cocok dan tepat untuk orang dewasa. Istilah andragogi pertama kali dikenal melalui karya seorang ahli pendidikan Yugoslavia yang berjudul Adult Leadership (1968), yang artinya memimpin orang dewasa. Kemudian Malcom S. Knowles, dengan publikasinya yang berjudul Adult Learner: A Neglected Species.
Andragogi berasal dari bahasa Yunani, aner atau andr, yang berarti orang dewasa agogos, yang berarti mengarahkan/memimpin. Andragogi dirumuskan dalam suatu ilmu dan seni untuk membantu orang dewasa belajar. Karena individu orang dewasa adalah sebagai self directed, maka dalam andragogi yang lebih penting adalah kegiatan belajar dari si belajar, bukan kegiatan mengajar dari guru.
Istilah yang sering dipakai sebagai perbandingan adalah pedagogi yang berasal dari kata paid, yang artinya anak, dan agogos, yang berarti memimpin/membimbing, dimana secara harfiah pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar anak. Karena pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar anak, maka memakai pendekatan pedagogi untuk orang dewasa tidak tepat, karena mereka bukan lagi anak-anak.
Tingkat ketergantungan anak-anak kepada orang dewasa masih tinggi dan menurun seiring dengan bertambahnya usia mereka. Karenanya praktek pedagogi lebih cocok pada anak-anak, yang berarti bahwa anak-anak dapat diajar untuk memperoleh suatu pengetahuan dan pengalaman tertentu. Berbeda halnya dengan orang dewasa, mereka sudah punya self directing, dan tingkat ketergantungan kepada orang lain berkurang. Orang dewasa lebih cenderung dibimbing, dimotivasi untuk memperoleh sesuatu yang pada akhirnya mereka sendiri dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANDRAGOGI DENGAN PEDAGOGI

Pendidikan orang dewasa berbeda dengan pendidikan anak-anak (paedagogy). Pendidikan anak-anak akan berlangsung dalam bentuk asimilasi, identifikasi, dan peniruan, sedangkan pendidikan orang dewasa menitikberatkan pada peningkatan kehidupan mereka, memberikan keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan permasalahan yang mereka alami dalam hidup mereka dan dalam masyarakat.
Perbedaan antara konsep andragogi dan pedagogi adalah bahwa konsep andragogi berkaitan dengan proses pencarian dan penemuan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia untuk hidup, sedangkan konsep pedagogi berkaitan dengan proses mewariskan kebudayaan yang dimiliki generasi yang lalu kepada generasi sekarang.
Terdapat 4 (empat) konsep untuk membedakan antara orang dewasa dan anak-anak, yaitu:
(1) konsep diri,
(2) konsep pengalaman,
(3) konsep kesiapan belajar, dan
(4) konsep perspektif waktu atau orientasi belajar. 
Menurut konsep diri orang disebut dewasa, jika orang tersebut:
(1) mampu mengambil keputusan bagi dirinya,
(2) mampu memikul tanggung jawab, dan
(3) sadar terhadap tugas dan perannya.
Adapun menurut konsep pengalaman orang dewasa adalah kaya dengan pengalaman, tidak seperti botol yang kosong atau lembaran kertas yang bersih. Konsep kesiapan belajar menekankan bahwa orang disebut dewasa kalau sadar terhadap kebutuhannya dan kesadaran terhadap kebutuhan inilah yang akan menjadi sumber kesiapan untuk belajar. Sedangkan menurut konsep perspektif waktu atau orientasi belajar adalah bahwa orang dewasa belajar berpusat pada persoalan yang dihadapi sekarang, yaitu bagaimana menemukan masalah sekarang dan memecahkannya sekarang juga. Jadi, belajar sekarang untuk digunakan sekarang, bukan belajar sekarang untuk bekal masa datang. Pendidikan (education) tidak sama dengan sekolah (schooling). Sekolah merupakanbagian dari kegiatan pendidikan atau belajar. Sekolah secara umum diarahkan untuk pendidikan anak (TK, SD ) dan pemuda ( SMP – SMA ) Perguruan Tinggi. Pendidikan Orang Dewasa secara umum dilakukan dalam pendidikan non formal, yang dapat dilakukan di tempat kerja, masyarakat dalam bentuk kurus atau kepelatihan. Pendidikan orang dewasa dapat dilakukan secara mandiri (self education) yang tidak tergantung pada lembaga pendidikan yang menyusun program pendidikan. 2-4 tahun adalah masa keemasan (golden age) masa dimana terjadi perubahan yang sangat cepat pada kecerdasan (IQ) masa ini anak-anak dapat dengan cepat mengembangkan IQnya, menjadi 80% pada usa 4 tahun. Life long education, belajar dilakukan dari lahir sampai meninggal. Paedagogi berbentuk identifikasi dan peniruan sedangkan andragogi berbentuk pengarahan diri sendiri untuk memecahkan masalah. Dalam andragogi terdapat hubungan timbal balik di dalam transaksi belajar-mengajar, di mana hubungan pengajar dan pelajar adalah hubungan yang saling membantu. Dalam pedagogi terdapat hubungan ketergantungan (dependent) dari murid kepada guru, di mana hubungan guru dan murid adalah hubungan yang bersifat memerintah. Dalam andragogi komunikasi banyak arah dipergunakan oleh semua yang hadir (pengajar dan pelajar) sebagai warga belajar, di mana pengalaman dari semua yang hadir dinilai sebagai sumber untuk belajar. Dalam pedagogi komunikasi satu arah terjadi antara guru dan murid, di mana pengalaman guru dinilai sebagai sumber utama untuk belajar.
Dalam andragogi pelajar mengelompokkan dirinya berdasarkan minat, di mana pengajar memfasilitasi untuk membantu pelajar menentukan kebutuhan belajarnya. Dalam pedagogi murid di-kelompokkan berdasarkan tingkatan atau kelas, di mana guru menyusun kurikulum untuk setiap tingkatan atau kelas tersebut.
Dalam andragogi belajar berorientasi pada pemecahan masalah, yaitu belajar sambil bekerja pada persoalan sekarang untuk dipergunakan sekarang juga. Dalam pedagogi orientasi belajarnya adalah pada mata pelajaran yang dipelajari oleh murid sekarang untuk bekal hidup di masa mendatang.
Salah satu asumsi dari andragogi dan pedagogi adalah pengalaman. Orang dewasa maupun anak-anak sudah pasti memiliki pengalaman yang berbeda,berikut contoh asumsi pengalaman saya antara andragogi dan pedagogi.

Pengalaman Andragogi

Ketika lulus SMA timbul pertanyaan akan lanjut kemana saya,beberapa pilihan sudah ada di angan-angan saya. Saat itu tidak terfikirkan oleh saya akan melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas, saya lebih memilih ikut tes kemiliteran karna memang itu adalah cita-cita saya dari awal. Untuk bisa lulus masuk akademi kemiliteran tidaklah mudah yang seperti kita fikirkan, maka dari itu setiap hari saya belajar dan latihan untuk mempersiapkan segala persyaratan yang memang berat untuk seusia saya. Usaha dengan mencari metode soal yang akan diujiankan dan mempelajari trik-trik saat ujian itu adalah kegiatan saya setiap harinya. Proses belajar inilah yang dikatakan Mandiri (Self Dirrecting). Orang dewasa belajar dengan perasaan dan pikiran mereka sendiri untuk memecahkan masalah ataupun mencari solusi.
Jika pertanyaannya adalah mengapa harus menggunakan Andragogi?
 Karena orang dewasa bukan lagi kanak-kanak yang harus digiring kesana kemari dalam pencarian ilmu, kalau kita sebagai orang dewasa masih saja mengikuti apa yang dikatakan dosen atau guru dan tidak mengkritisi ketika dosen “mencekoki” kita dengan berbagai hal – hal baru. Maka dari itu apa bedanya kita dengan kanak-kanak ?

Pengalaman Pedagogi

Pada saat kanak-kanak saya begitu banyak dapat pengajaran dan pelajaran yang diberikan oleh guru,orang tua, dan saudara. Ketika saya belajar memahami penjumlahan dan pengurangan pada saat SD, guru yang selalu memberikan cara-cara cepat atau mudah yang dapat cepat diingat dan di praktekkan. Dan pada saat di rumah orang tua yang selalu mengulang apa yang telah saya pelajari di sekolah tadi yang sudah diberikan oleh guru saya. Pengalaman belajar itulah yang di perlukan dalam masa kanak-kanak. Banyak pengajaran yang harus kita ketahui dalam masa kanak-kanak. Tujuan dari pembelajaran pedagogi adalah diarahkan untuk masa yang akan dating, serta metode dan teknik lebih banyak dengan cara ceramah yang diberikan guru atau orang tua.

Bobbi dePorter, presiden learning forum California USA dan penulis buku Quantum learning dan Quantum Teaching, menjelaskan bahwa proses pembelajaran dapat divisualisasikan dengan membayangkan diri kita berada dalam ruangan yang gelap gulita.
Ketika sebuah senter dinyalakan, selisih waktu antara munculnya cahaya yang terpantul ke dinding dengan saat jari kita menekan tombol “ON” pada senter tersebut sangat cepat, bahkan hampir bersamaan. Begitu juga dalam proses pembelajaran seharusnya kecepatan otak siswa dalam menangkap materi dan informasi guru adalah 1.287 Km per jam sama dengan kecepatan cahaya yang keluar dari senter yang memantul ke dinding.

Demikian tentang Andragogi dan Pedagogi semoga bermanfaat ^_^


Minggu, 01 Juni 2014

Psikologi sekolah 

Tujuan pendidikan adalah membantu peserta didik agar dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan
Psikologi pendidikan:
}  Ilmu yang mempelajari penerapan teori-teori psikologi dalam bidang pendidikan.


Kontribusi Psikologi Pendidikan Bagi Pendidikan
  • Pengembangan Kurikulum
  • Pengembangan Program Pendidikan
  • Sistem Pembelajaran
  • Sistem Evaluasi

1. PENGEMBANGAN KURIKULUM

}  Kurikulum adalah seperangkat program yg direncanakan dan dilaksanakan baik di dalam maupun di luar sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
}  Pengembangan kurikulum dilakukan dgn mempertimbangkan aspek-aspek : (1) karakteristik psikologis peserta didik; (2) kemampuan peserta didik untuk melakukan sesuatu dalam berbagai konteks; (2) pengalaman belajar siswa; (3) hasil belajar (learning outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan siswa.
}  Penyusunan buku ajar didasarkan pada segi-segi psikologis peserta didik.

 2. PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN

}  Pengembangan program pendidikan, misalnya penyusunan jadwal pelajaran, jadwal ujian, dst. dengan mempertimbangkan aspek psikologis peserta didik;
}  Penentuan jurusan atau program;
}  Pengembangan program harus mengacu pada upaya pengembangan kemampuan potensial peserta didik.

3. PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN

}  Pemilihan teori belajar yang akan diaplikasikan
}  Pemilihan model-model pembelajaran
}  Pemilihan media dan alat bantu pembelajaran
}  Penentuan alokasi waktu belajar dan pembelajaran

4. SISTEM EVALUASI

}  Penentuan teknik evaluasi (teknik tes atau teknik non tes)
}  Penentuan jenis tes (lisan, tulis, dan perbuatan, serta objektif atau subjektif)
}  Penentuan mengenai waktu pelaksanaan evaluasi


Psikologi Sekolah:
}  Penerapan ilmu psikologi berupa pemberian pelayanan psikologis guna tercapainya tujuan pendidikan di sekolah
}  Psikolog sekolah bertugas membentuk individu yg sehat mental guna tercapainya proses belajar efektif, seperti :
}  High academic achievement
}  Positive social skills and behavior
}  Healthy relationships and connectedness
}  Tolerance and respect for others
}  Competence,  self-esteem, and resiliency

Fungsi psikolog sekolah ada 3 tingkatan (Sukadji, 2000):
  1. Tingkat psikodiagnostik
  2. Tingkat klinis & Konseling
  3. Tingkat industri dan organisasi
 Pelayanan psikologis:
}  Assessment
}  Consultation for student, teacher,  parents & staf
}  Prevention
}  Intervention
}  Staff,  parent  and student education
}  Research and program development
}  Mental health care

Semoga Bermanfaat ^_^

Anak berkebutuhan khusus (ABK)

haloo ^_^

Anak berkebutuhan khusus (ABK)


Suran & Rizzo (1979) menyebutkan ABK adalah :
                “Anak yang memiliki perbedaan dalam beberapa dimensi penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka adalah yang secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan/kebutuhan dan potensinya secara maksimal sehingga memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional.”

 Berbagai Istilah yang Berkaitan dengan ABK

}  Disability, menunjukkan berkurang atau hilangnya fungsi organ atau bagian tubuh tertentu. Biasanya istilah ini digunakan secara bergantian dengan “impairment”.
}  Handicap, merupakan masalah atau dampak dari kerusakan (disability atau impairment) yang dialami oleh individu ketika berinteraksi dengan lingkungan
}  At risk, anak yang meskipun tidak teridentifikasi memiliki kerusakan namun berpeluang mengalami hambatan atau masalah tertentu

 }  Siswa berkebutuhan khusus adalah mereka yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk               mengoptimalkan potensi kemanusiaannya secara utuh akibat adanya perbedaan kondisi dengan                     kebanyakan anak lainnya.
}  Pendidikan khusus/luar biasa adalah:
    Instruksi yang didesain khusus untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dari siswa berkebutuhan khusus
}  Tujuan utama dari pendidikan khusus adalah : menemukan dan menitik beratkan kemampuan siswa                 berkebutuhan khusus

 Tujuan Pendidikan Khusus:
  1. Mengembangkan kehidupan anak didik dan siswa sebagai pribadi
  2. Mengembangkan kehidupan anak didik dan siswa sebagai anggota masyarakat
  3. Mempersiapkan siswa untuk dapat memiliki ketrampilan sebagai bekal memasuki dunia kerja
  4. Mempersiapkan anak didik dan siswa untuk mengikuti pendidikan lanjutan
 Model Penyelenggaraan Pendidikan Khusus
  1. Segregasi
}  Anak berkebutuhan khusus belajar dalam lingkungan yang berisi anak-anak berkebutuhan khusus juga.
}  Jenisnya dapat berupa TKLB, SDLB, SMPLB, SMLB
}  Kelemahan :
       Sering fokus pada apa yang tidak dapat dilakukan anak sehingga dapat menimbulkan masalah konsep diri
       Anak cenderung terisolasi sehingga kehilangan kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebaya dan belajar tentang perilaku dan ketrampilan yang tepat.

B. Integrasi
}  Anak berkebutuhan khusus diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan anak-anak normal di sekolah reguler
}  Bentuknya bermacam-macam:
}  Integrasi dalam acara-acara tertentu
}  Berada dalam satu kompleks sekolah namun dengan gedung & jadwal yang berbeda
}  Memiliki jadwal istirahat yang sama tetapi tidak ada kegiatan bersama
}  Anak belajar di kelas khusus dulu, setelah dianggap siap dipindahkan ke kelas reguler
}  Anak ditetapkan di kelas reguler tetapi tanpa perhatian yang disesuaikan dengan kebutuhannya
}  Belajar di kelas khusus dan sesekali bergabung dengan kelas reguler untuk mata pelajaran tertentu
}  Belajar di kelas reguler dan sesekali bergabung dengan kelas khusus untuk mata pelajaran tertentu

C. Inklusi
}  Staub dan Peck (1995) mengemukakan bahwa pendidikan inklusi adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas reguler.
}  Sapon-Shevin (dalam O’Neil, 1995) menyatakan bahwa pendidikan inklusif sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya.
               
                Oleh karena itu, ditekankan adanya restrukturisasi sekolah, sehingga menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan kebutuhan khusus setiap anak, artinya kaya dalam sumber belajar dan mendapat dukungan dari semua pihak, yaitu para siswa, guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya.

 Bentuk dan Jenis PALB
}  Bentuk Pendidikan Khusus:
                a. SLB (PP RI No. 27 Tahun 1991) terdiri dari :
                                - TKLB
                                - SDLB
                                - SLTPLB
                                - SMLB
                b. Sekolah Inklusi (UU Sisdiknas 2003)

 Jenis SLB
- SLB A: untuk tuna netra
               Persyaratan : keterangan dari dokter mata, umur sebaiknya 3 – 7 tahun dan tidak lebih dari 14                      tahun     
- SLB B: untuk tuna rungu
                Persyaratan : keterangan dari dokter THT, umur sebaiknya 5 – 11 tahun
 - SLB C: untuk tuna grahita IQ 50 – 75
                C1: untuk tuna grahita IQ 25 – 50
                Persyaratan: Keterangan IQ dari psikolog, keterangan dari sekolah terakhir dan umur sebaiknya                   5,5 – 11 th
 -SLB D: untuk tuna daksa dgn IQ normal
                D1: untuk tuna daksa dgn IQ < normal
                Persyaratan: keterangan dokter umum, ortopedi dan syaraf, keterangan psikolog, umur 3 – 9                         tahun
 -SLB E: untuk tuna laras
                Persyaratan: anak mengalami kesulitan menyesuaikan diri atau pernah melakukan kejahatan, umur                 antara 6 – 18 tahu
 - SLB G: untuk tuna ganda
                Persyaratan : keterangan dari dokter dan psikolog

Minggu, 20 April 2014

KELOMPOK 7
Ketua  :
       Taufiq Hasibuan                              131301032 http://131301032.blogspot.com/
Anggota          :
       Hetty Juliani                                    121301015 http://12015htj.blogspot.com/
       Venny Zulkarnain                            121301111 http://12111vz.blogspot.com/
       Putri Utami Oktiawandhani            131301050 http://13050puo.blogspot.com/
       Pandu Wiratama                              131301108 http://13108pw.blogspot.com/
       Venessa Putri Kintami Meliala       131301122 http://13122vpkm.blogspot.com/

A.      PROFIL SEKOLAH
Nama Sekolah             : SD Negeri No. 064984
Alamat Sekolah        : Jalan Kapten Muslim No. 240 B Kecamatan Medan Helvetia
Akreditasi Sekolah      : A
Uang Sekolah              : Gratis (Dana BOS)
Digunakan Sejak         : Tahun 1978

      1.      Situasi Fisik Sekolah
·           Terdapat Halaman
·           Jumlah Kelas        : 14 Ruangan
·           Rumah Ibadah      : 1 Musollah
·           Perpustakaan        : 1
·           UKS                    : 1
·           Kantin                  : 1
·           Koperasi              : 1
·           Kamar Mandi       : 6
      •     Perempuan        : 3 
      •     Laki – Laki       : 3

      2.      Identifikasi kelas
Hari / Tanggal Observasi         : Kamis, 3 April 2014
Kelas yang di Observasi         : IV B
Mata Pelajaran                       : Matematika
Nama Guru yang Mengajar    : Ibu Rana
Waktu Observasi                   : 13.15 – 14.30 (75 Menit)
Jumlah Siswa
     Laki – Laki            : 11 Orang
     Perempuan             : 10 Orang
Alat Observasi                       : Pena, Buku Catatan, dan Jam
Media Pembelajaran
     Guru                      : Spidol dan White Board
     Siswa                     : Pena, Buku Catatan, Buku Panduan

      3.      Situasi Fisik Kelas
·           Kursi                    : 37 Buah
·           Kursi Guru            :   1 Buah
·           Meja                     : 20 Buah
·           Meja Guru            :   1 Buah
·           Lemari                  :   2 Buah
·           Jam Dinding          :   1 Buah
·           Penghapus            :   1 Buah
·           Kalender              :   1 Buah
·           Papan Absen        :   1 Buah
·           Hiasan Dinding      : 11 Buah
·           Gambar                :   1 Buah (Burung Garuda)
·           Stop Kontak         :   1 Buah
·           Lampu                  :   2 Buah
·           Pintu                     :   2 Buah
·           Jendela                  : 15 Buah
·           Ukuran Kelas        : 6 x 6 Meter

B.       DESKRIPSI KELAS
Kelas yang menjadi bahan observasi kami adalah kelas IV B, didalam kelas itu terdapat 21 orang siswa yang terdiri dari 11 orang siswa laki – laki dan 10 orang siswa perempuan. Ruangan kelas tersebut memiliki luas 6 x 6 meter.
Tata Letak ruangan di dalam kelas tersebut yaitu meja dan kursi disusun 4 banjar dengan masing – masing banjarnya terdapat 5 buah meja dan di setiap meja ada 2 buah kursi. Meja dan kursi untuk guru terletak di depan kursi banjar ketiga. Sebelah kiri meja guru terdapat 2 buah lemari, di belakang meja guru terdapat 1 buah papan white board. Di atas white board terdapat gambar burung garuda saja, namun tidak terdapat gambar presiden dan wakil presiden. Di atas gambar burung garuda terdapat 1 buah jam dinding berwarna kuning keemasan.
Ruangan kelas tersebut di penuhi dengan hiasan dinding yang merupakan hasil karya dari para siswa dan siswi kelas itu, yaitu berupa 10 buah puisi dan 1 buah mengenai struktur matahari dan gerhana matahari. Ada 2 buah pintu di dalam kelas IV B, pintu 1 yang merupakan pintu utama terletak di samping meja banjar pertama, sedangkan pintu 2 itu merupakan pintu yang menghubungkan antara kelas IV B dan kelas IV A.
C.      LAPORAN HASIL OBSERVASI
1.         Pendahuluan
Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan faktor pendukung yang memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan, sebab kualitas kehidupan suatu bangsa sangat erat hubungannya dengan tingkat pendidikan. Peran sekolah dinilai sangat penting bagi maju dan berkembangnya masyarakat dan terjaminnya kebutuhan kehidupan mereka kelak di kemudian hari.
Namun, landasan untuk membentuk pendidikan sekolah yang unggul harus terus diperbaiki agar pendidikan didunia sekolah lebih baik lagi. Mulai dari teori belajar yang digunakan, manajemen kelas, orientasi belajar, hingga motivasi belajar siswa juga harus diperhatikan. Dengan begitu kualitas pendidikan yang terbaik dapat kita berikan untuk semua anak bangsa. 
2.         Landasan Teori
-           Teori Belajar
Pandangan teori belajar menurut aliran behavioristik ( tingkah laku) adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon, menekankan pada “hasil” dari proses belajar. Menurut aliran kognitif adalah proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan , yakni asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan) menurut piaget, menekankan pad “proses” belajar. Menurut aliran humanistik adalah apa yang mungkin dikuasai ( dipelajari) oleh siswa, tercakup dalam tiga kawasan, yaitu kognitif, psikomotor, afektif menurut Blomm dan Krathowl, menekankan pada “isi” atau apa yg dipelajari.
-          Manajemen Kelas
Manajemen kelas merupakan kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar efektif di dalam kelas. Prinsip manajemen kelas di aplikasikan secara berbeda untuk setiap tingkatan pendidikannya dan di sesuaikan juga denga kebutuhan yang ada dengan mempertimbangkan iklim dan budaya sekolah.
3.         Hasil Observasi
Kelas yang menjadi bahan observasi kami adalah kelas IV B. Proses belajar mengajar sebenarnya dimulai pada pukul 13.00, namun dikarenakan pada saat itu sedang hujan deras, maka guru yang mengajar di dalam kelas itu sedikit terlambat. Selama kurang lebih 10 menit, akhirnya guru yang mengajar itu datang. Kemudian tanpa membuang waktu ia langsung memulai pembelajaran. Pertama ia menjelaskan mengenai cara mengerjakan perkalian dua suku di papan tulis, pada saat itu sedang berlangsung pembelajaran matematika.
Setelah selesai menerangkan materi dan memberikan beberapa buah contoh, guru itu menyuruh muridnya untuk maju ke depan satu persatu untuk mengerjakan soal yang sudah ia buat di papan tulis. Dengan jumlah murid yang tidak terlalu banyak, maka semua murid mendapat gilirannya masing-masing. Setelah semua muridnya mendapat giliran untuk mengerjakan tugas ke depan, kemudian ia juga memberikan pekerjaan rumah untuk para muridnya yang akan dikumpulkan ketika masuk pelajaran matematika selanjutnya.
Cara belajar yang seperti itu jika menurut kami dan menurut buku yang telah dipelajari mungkin akan kurang efektif dan bisa saja memang tidak efektif. Karena apa? Karena dengan menyuruh satu per satu murid maju ke depan dan mengerjakan soal, maka murid yang belum atau yang sudah mengerjakan soal akan menjadi ribut dan kelas menjadi tidak kondusif. Masing-masing murid memiliki kegiatannya sendiri, seperti yang kami perhatikan, ada yang bercerita dengan temannya yang lain, ada yang hanya bengong, ada yang menulis hal yang tidak menyangkut pelajaran, dan lain sebagainya.
Disini cara berbicara guru tidaklah terlalu formal, tetapi masih dalam kaidahnya dan masih sopan, tidak hanya asal berbicara dan menerangkan. Tidak ada bahasa yang kasar yang kami dengar, tidak ada juga yang sampai memaki murid walaupun memang ada beberapa murid yang terlalu ribut dan tidak memperhatikan ke depan kelas.
Sorot mata sang guru juga tidak ada tatapan merendahkan atau seperti men-judge rendah oranglain, walaupun kami ada disana untuk mengobservasi ataupun ada murid yang membuat keributan. Hanya saja ketika keributan memang sudah melewati batas, maka sang guru hanya sedikit menatap tegas dan memanggil nama murid yang membuat keributan.
Ketika dengan cara memanggil pun sang murid tidak mengindahkannya, maka yang dilakukan sang guru adalah memberi sebuah punishment. Tetapi apakah keributan berhasil diminimalisir? Jawabannya adalah iya, tetapi hanya berkisar lima menit dan setelah itu keributan kembali terjadi.
Respon murid terhadap gurunya sangat kami acungi jempol. Karena pada saat guru menerangkan dan mulai bertanya, hampir satu kelas menjawab pertanyaan guru dengan semangat dan dengan suara yang lantang. Saat soal pertama dibuat dan ditanyakan siapa yang mau maju ke depan juga hampir semua murid mengacungkan telunjuknya dan berlomba-lomba ingin maju dan mengerjakan soal ke depan kelas.
D.      ANALISIS DENGAN TEORI BELAJAR
            1.    Teori Penguatan Skinner
Skinner mengidentifikasikan tiga komponen penting dari perubahan perilaku, yaitu :
a.    Kesempatan dimana perilaku terjadi
b.    Perilaku itu sendiri
c.    Konsekuensi dari perilaku
Respon sering diberikan pada lingkungan untuk menghasilkan konsekuensi yang berbeda, dan konsekuensi tertentu menimbulkan pengulangan respon. Sebagai contoh seorang wanita memakai gaun yang indah ketika akan pergi dengan pacarnya kemudian mengharapkan mendapatkan sebuah pujian atas penampilannya. Bila itu terjadi maka konsekuensi dari perilaku tersebut akan adanya peningkatan frekuensi dari perilaku berbusana. Skinner menamakan respon ini sebagai berpenguat. Penguatan adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi atau penguat meningkatkan frekuensi respons.
Pada kelas IV B, guru memberikan reinforcement kepada murid di dalam kelas. Di mana ketika guru menyuruh muridnya untuk mengerjakan soal yang ia berikan di depan kelas (stimulus), ternyata ada murid yang ribut dan ketika ia di suruh mengerjakan soal tersebut tetapi ia tidak dapat menjawabnya (respon) setelah itu guru memberikan reinforcement dari perilakunya yaitu dengan memberikan reinforcement negatif bagi murid yang ribut sehingga tidak dapat menjawab soal. Sedangkan untuk siswa yang diam dan memperhatikan temannya yang sedang mengerjakan soal di depan kelas (reinforcement positif).
Pada proses pembelajaran yang dilakukan, guru memberikan reinforcement di mana reinforcement positif dapat menguatkan perilaku dan akan meningkatkan frekuensi dari perilaku sehingga murid yang selalu memperhatikan temannya yang sedang mengerjakan soal di depan akan mempertahankan perilakunya. Sedangkan bagi murid yang ribut sehingga tidak dapat menjawab soal diberikan reinforcement negatif dan hukuman dengan harapan siswa menghilangkan perilaku tersebut. Teknik kontrol yang paling umum adalah hukuman (Skinner, 1953). Niat dari tindakan ini adalah untuk mereduksi frekuensi perilaku tertentu.
    
            2.    Teori Vygotsky
              -    Asumsi Vygotsky
Ada 3 klaim dalam inti pandangan Vygotsky, yaitu :
~ Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara developmental.
~ Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasi aktivitas mental.
~ Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh later belakang sosio kultural.
·                              -   Scaffolding
Teknik untuk mengubah level bantuan untuk belajar. Seorang guru atau murid yang lebih pandai atau mampu menyesuaikan jumlah bimbingan sesuai dengan kinerja murid.
            -     Zone of Proximal Development (ZPD)
Istilah Vygotsky untuk serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian tetapi dapat dipelajari dengan bantuan dari orang dewasa atau anak yang lebih mampu. Sebagai contoh, ketika guru menyuruh murid untuk mengerjakan soal didepan kelas, ada seorang murid yang belum mengerti dan ia bertanya kepada teman sebangkunya yang sudah mengerti. Setelah berulang-ulang diajarkan oleh temannya, akhirnya ketika ia disuruh maju.
E.       KESIMPULAN
Setelah kami melakukan observasi di SD Negeri 064984 pada hari Kamis, 3 April 2014 dapat ditarik kesimpulan bahwa sekolah tersebut memiliki sistem pembelajaran yang cukup baik dan sesuai dengan teori-teori mengenai proses belajar-mengajar.
Sistem pembelajaran seperti itu dapat menjadikan murid semakin aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Semua murid sangat antusias dalam mendengarkan dan memerhatikan guru mereka.

F.       TESTIMONI HASIL PENELITIAN
Hetty Juliani (12-015)
Perasaan senang menemani perjalanan observasi saya di SD Negeri No. 064984 yang dilakukan bersama teman-teman sekelompok saya. Meski awalnya ingin melaksanakan observasi di sebuah SMA yang, akan tetapi hal itu gagal terwujud dan berakhir pada kesepakan bersama teman-teman saya yaitu dan bertepatan di SD Negeri No. 064984. Sambutan yang hangat kami terima dari wakil kepala sekolah, guru-guru dan juga murid-murid yang berada di sekolah tersebut. Banyak pengalaman, pengetahuan juga ilmu yang saya dapatkan dalam tugas observasi. Terima kasih kepada wakil kepala sekolah, guru-guru, murid-murid SD Negeri No. 064984.

Venny Zulkarnain (12-111)
Dengan adanya tugas observasi ini, pengalaman yang saya dapat menjadi bertambah. Selain itu banyak kesan yang saya dapatkan selama proses observasi ini. Salah satunya yaitu sangat sulitnya untuk mendapatkan izin observasi dari pihak sekolah sehingga akhirnya kami harus berpindah sekolah. Sekolah yang kami observasi adalah SD Negeri No. 064984. Menurut saya, sistem pengajaran yang diberikan sudah cukup baik, karena masih menggunakan metode pengajaran langsung.

Taufiq Hasibuan (13-032)
Melakukan observasi langsung ke sekolah merupakan pengalaman yang baru bagi saya, karena sebelumnya saya tidak pernah melakukannya. Sistem pengajaran yang di terapkan pada SD Negeri No. 064984 menurut saya sudah sesuai dengan teori yang ada. Ini saya lihat karena guru dalam proses belajar mengajar menggunakan metode langsung dimana adanya interaksi yang sangat baik antara guru dan murid.

Putri Utami Oktiawandhani (13-050)
Ini merupakan pengalaman yang pertama kali bagi saya, melakukan observasi langsung ke sekolah. Pengalaman ini juga merupakan pengalaman baru dan pengalaman yang sangat berharga bagi saya. Karena dari sinilah saya dapat mengaplikasikan secara langsung semua teori-teori yang telah saya terima selama saya mengikuti perkuliahan Psikologi Pendidikan. Dengan melakukan observasi secara langsung ini saya dapat mengamati dan lebih memahami mengenai teori tersebut dengan menggunakan contoh yang nyata. Menurut saya, sistem pembelajaran di sekolah yang menjadi objek observasi kami sudah sesuai, namun fasilitas yang terdapat di sekolah itu belum cukup mendukung.

Pandu Wiratama (13-108)
Teori yang di gunakan SD 064984 sudah cukup baik bagi anak-anak yang menjalankan proses belajar mengajar di sekolah, namun minimnya fasilitas dapat menghambat pengetahuan mereka pada zaman modern saat ini, karena bagaimanapun kecanggihan tekhnologi yang ada saat ini dapat memberikan efek positif bagi anak-anak ke depannya untuk bersaing di dunia global. Pihak sekolah juga harus memperhatikan tingkah laku dari murid-murid agar tidak menyimpang, karena sebagian dari mereka masih banyak yang tidak mematuhi perintah dan arahan guru.

Venessa Putri Kintami Meliala (13-122)
Sistem pembelajaran yang diterapkan pada SD Negeri No. 064984 sudah cukup baik. Hal ini saya lihat karena adanya interaksi yang sangat baik antara guru dan murid, Dimana ketika guru memberikan pertanyaan kepada muridnya, sang murid pun dengan sangat antusias menjawab pertanyaan dari gurunya. Pembelajaran yang seperti ini dapat membuat siswa menjadi lebih aktif di dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Observasi ini memberikan saya banyak pengalaman baru yang sebelumnya tidak pernah saya lakukan, dan observasi ini juga menambah pengetahuan saya tentang bagaimana cara pengajaran yang efektif.